Kenyataan Media
PENGGUNAAN KALIMAH “ALLAH"
Merujuk kepada kenyataan kami pada 22 November 2009 mengenai perkara di atas, maka Biro Pemantapan dan Pemahaman Agama (BIPPA) Parti KeADILan Rakyat sekali lagi ingin menjelaskan pendirian kami mengenai hal ini.
Kami berpendirian bahawa, keinginan masyarakat bukan Islam menggunakan kalimah “Allah” sebagai Tuhan adalah suatu perkembangan yang positif dan perlu diterima secara terbuka dan tidak perlu pihak-pihak tertentu mengambil kesempatan untuk menjadikan isu ini sebagai agenda politik untuk menampakkan bahawa merekalah jaguh dalam mempertahankan Islam di negara ini.
Sesungguhnya, kami melihat fenomena ini adalah manifestasi dari fitrah insani bahawa manusia memperakui penciptaan dunia oleh Allah SWT sebagaimana firmannya yang bermaksud:
"Dan jika kamu tanya mereka (orang kafir) siapakah yang mencipta langit dan bumi? Mereka akan berkata Allah..." (Az-Zumar 39:38)
Adalah jelas bahawa penggunaan kalimah Allah untuk mengiktiraf dan membesarkan Allah sebagai Tuhan, adalah hak asasi setiap insan. Ini adalah serasi dengan peruntukan dalam Perlembagaan Persekutuan Perkara 3 (1) yang menjamin kedudukan Islam sebagai agama rasmi Persekutuan dan lain-lain agama boleh diamalkan dengan aman dan damai. Sesungguhnya, ini juga bersesuaian dengan muafakat Pakatan Rakyat yang diputuskan baru-baru ini.
Selanjutnya, kami berpandangan perjuangan untuk menegak makruf dan mencegah mungkar akan menjadi lebih mudah dan selesa berasaskan firman Allah:
"Katakan wahai Ahli Kitab, mari tegakkan kalimah yang sama antara kami dan kamu iaitu bahawa kita tidak akan menyembah selain Allah dan tidak mensyirikkan (associate) Allah dengan satu apapun serta janganlah ada antara kita yang mengambil tuhan-tuhan selain Allah. Dan jika mereka berpaling maka katakanlah bahawasanya kami adalah orang Islam (menyerah diri pada Allah)" (Ali `Imran 3:64)
Sehubungan itu, demi menjaga keharmonian dan kesejahteraan negara semua pihak perlulah menyelesaikan konflik ini dengan menyuburkan budaya dialog antara agama secara matang dan bijaksana (hikmah) sebagaimana saranan Allah mengenainya:
“Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayat petunjuk” (An Nahl 16:125)
“Dan janganlah kamu berbahas dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali orang-orang yang berlaku zalim di antara mereka dan katakanlah (kepada mereka), Kami beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepada kami dan kepada (Taurat dan Injil) yang diturunkan kepada kamu dan Tuhan kami, juga Tuhan kamu, adalah Satu dan kepadaNyalah, kami patuh dengan berserah diri” (Al Ankabut 29:46)
Media Statement
USE OF WORD “ALLAH”
We refer to our previous statement dated 22 November 2009 pertaining to the above matter. Biro Pemahaman dan Pemantapan Agama (BIPPA), Parti KeADILan Rakyat once again would like to affirm our view on the issue.
It is our view that the wish of the non-Muslims to call their God as “Allah” is a positive turn of events and should respectably be recognized. There is no necessity for any faction in the society to take advantage of the current circumstances and turn the dispute into a narrow political propaganda to show off as if they are really the champion and guardian of Islam in this country.
Certainly, we view this phenomenon as a manifestation of the inherent human nature to reckon that this universe is undoubtedly the creation of Allah.
If indeed thou ask them who it is that created the heavens and the earth, they would be sure to say: "Allah." … (Az Zumar 39:38)
It is without doubt that to worship and glorify Allah as the God is a fundamental right of every person. This is parallel to the provision of the Federal Constitution, Article 3(1) which guarantees the status of Islam as the Official Religion of the Federation while at the same time concedes that other religions may be practiced in peace and harmony. Unmistakably, it is also consistent with the recently affirmed Declaration of Understanding of the Pakatan Rakyat.
Additionally, we are of the opinion that the strive to advocate virtues and prevent misdeeds (amar makruf nahi mungkar) will be eased. Allah says:
Say: "O people of the Book! come to common terms as between us and you: that we worship none but Allah; that we associate no partners with Him; that we erect not from among ourselves Lords and patrons other than Allah." If then they turn back, say: ye! "Bear witness that we (at least) are Muslims (bowing to Allah's will)." (Ali Imran 3:64)
Therefore, to maintain harmony and peace it is crucial for all parties to resolve the conflict by encouraging the culture of interfaith discourse with the highest level of maturity and wisdom. Allah commands:
Invite (all) to the way of thy Lord with wisdom and beautiful preaching; and argue with them in ways that are best and most gracious: for thy Lord knoweth, best who have strayed from His Path, and who receive guidance. (An Nahl 16:125)
And dispute ye not with the People of the Book, except with means better (than mere disputation) unless it be with those of them who inflict wrong (and injury): but say "We believe in the Revelation which has come down to us and in that which came down to you; Our God and your God is one; and it is to Him we bow (in Islam)." (Al Ankaboot 29:46)
PROF DR MUHD NUR MANUTY
Biro Pemahaman & Pemantapan Agama
Parti KeADILan Rakyat
06 Januari 2010
Tiada ulasan:
Catat Ulasan